Jakarta, monitorkeadilan — Para ulama ramai-ramai mengecam keras pengeboman Gereja Katedral Makassar pada Minggu (28/3) sekitar pukul 10.30 Wita.
Pengurus Pondok Pesantren Benda Kerep Kota Cirebon, Jawa Barat, M Miftah mengatakan pengeboman Gereja Katedral Makassar dilakukan orang-orang biadab. Menurutnya agama Islm tidak mengajarkan tindakan seperti itu.
M Miftah mengingatkan agar bangsa Indonesia yang majemuk selalu bergandengan tangan dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari segala ancaman dan gangguan.
Dia juga menyerukan agar masyarakat tidak terpengaruh, tidak terprovokasi peristiwa yang diduga bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar.
Senada dengan itu diungkap Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj. Menurut ulama asal Cirebon tersebut, tak ad satu agama pun termasuk Islam yang membenarkan tindakan kekerasan, apa lagi terorisme.
Menurutnya, pengeboman Gereja Katedral Makassar menandakan terorisme masih eksis di Indonesia.
Dikutip dari portal milik Nahdlatul Ulama, Kiai Said meyakini pelaku pengeboman Gereja Katedral Makassar masih ada kaitannya dengan jaringan teroris Poso hingga ke Filipina Selatan.
Kiai Said juga menyatakan mengutuk keras pengeboman di Makassar. “Saya atas nama warga Nahdliyin mengutuk keras terjadinya pengeboman di Gereja Katedral Makassar,” tegasnya, Minggu (28/3).
Sementara itu Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, radikalisme dan terorisme adalah benalu peradaban.
“Kejahatan seperti ini hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang telah membuang semua naluri kemanusiaan dari dalam dirinya,” kata Kiai Yahya.
Kecaman juga datang dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah). Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, segala bentuk kekerasan yang menimbulkan ketakutan, kekacauan, serta mengancam dan mengorbankan nyawa manusia, papun motif dan tujuannya serta oleh siapapun pelakunya sangatlah biadab.
Dikutip dari portal Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta pihak kepolisian hendaknya mengusut tuntas siapa dan apa motif peledakan bom tersebut, bila perlu investigasi jaringan dan aktor di balik teror yang anarkis tersebut.
“Kepada masyarakat luas hendaknya tenang dan tidak mengembangkan berbagai prasangka atau asumsi yang dapat mengaburkan kasus bom yang tidak berperikemanusiaan dan tidak beradab tersebut,” tutur Haedar, Minggu (28/3).
Di tempat terpisah, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Anwar Abbas, mengutuk aksi terorisme yang terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3) pagi ini. Aksi terorisme itu menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kekhawatiran di masyarakat.
“MUI mengutuk keras peristiwa (ledakan terorisme) pagi ini yang telah membuat ketakutan di tengah-tengah masyarakat dan telah membuat jatuhnya korban jiwa,” ujar Buya Anwar di Jakarta, Ahad (28/3) tadi, seperti dilaporkan portal milik MUI.
Menurutnya aksi terorisme seperti terjadi pada Gereja Katedral Makassar tidak bisa diberikan toleransi. Alasannya, tindakan keji itu tidak manusiawi dan melanggar nilai ajaran agama mana pun.
MUI, lanjut dia, mendesak pihak keamanan seperti kepolisian lekas menindak pelaku sehingga terbongkar motif dan latar belakang pengeboman tersebut.
Komentar