Presiden Prabowo Subianto menggelar rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (10/6), bersama para menteri Kabinet Merah Putih. Agenda utama: percepatan pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall yang dirancang memanjang di pesisir utara Pulau Jawa.
Proyek ambisius ini disiapkan sebagai respons atas ancaman nyata perubahan iklim yang kian terasa dampaknya, khususnya naiknya permukaan laut yang terus menggerus wilayah pesisir.
Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya menegaskan, tanggul ini bukan sekadar penghalang ombak. Fungsinya dirancang multifungsi: melindungi dari banjir rob dan abrasi, menahan penurunan permukaan tanah, sekaligus menjadi tempat penyimpanan air bersih untuk warga pesisir yang selama ini kekurangan.
“Ini bukan hanya proyek infrastruktur, tapi langkah nyata pemerintah menjaga masa depan masyarakat pesisir,” ujar Teddy.
Selain aspek teknis, proyek ini juga membawa misi sosial dan ekologis. Pemerintah menargetkan pembangunan tanggul dapat meningkatkan ketahanan lingkungan jangka panjang serta menjamin kelangsungan hidup jutaan penduduk di wilayah pesisir utara Jawa yang rawan bencana.
Presiden Prabowo menekankan bahwa pembangunan harus dilakukan secara menyeluruh, terintegrasi dengan program kesejahteraan, serta memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Dalam jangka panjang, Giant Sea Wall diharapkan menjadi garis pertahanan pertama Indonesia dari dampak paling ekstrem perubahan iklim.