Jakarta, monitorkeadilan — Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian melantik Teguh Setyabudi sebagai Dirjen Dukcapil Kemendagri menggantikan Zudan Arif Fakrulloh. Pelantikan itu berlangsung di Gedung Sasana Bhakti Praja (SBP) Kantor Pusat Kemendagri, Rabu (15/3/2023).
Sementara, Zudan Arif Fakrulloh dilantik sebagai Sekretaris Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) berdasarkan Kepres Nomor 36/TPA Tahun 2023 dan Kepres Nomor 37/TPA Tahun 2023. Pejabat lainnya yang dilantik Mendagri antara lain Restuardy Daud sebagai Dirjen Bina Pembangunan Daerah (Bangda) Kemendagri.
Sebelumnya, Restuardy Daud menjabat sebagai Sekretaris BNPP, sedangkan Teguh Setyabudi sebelumnya menjabat sebagai Dirjen Bina Bangda Kemendagri. Teguh hanya sebentar menjabat sebagai Dirjen Bangda, karena dilantik Mendagri Tito Karnavian pada 10 Maret 2022. Namun, Teguh ketika menjabat Dirjen Bangda, berkomitmen tinggi bersama kementerian dan lembaga lain untuk mengawal proses bisnis perencanaan pembangunan daerah agar betul-betul sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Sebagai aparatur Dukcapil atau masyarakat luas, tentu ingin mengetahui lebih jauh tentang siapa Teguh Setyabudi beserta latar belakangnya. Teguh Setyabudi dilahirkan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pada 8 Maret 1967. Dia merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara pasangan Drs. H. Kardoyo (almarhum) dan Ibu Hj. Sulastri (almarhumah).
Sejak kecil Teguh dibesarkan di lingkungan pendidikan. Sebab, kedua orang tuanya adalah guru. Pendidikan dari TK sampai dengan SMA ditempuh di kota kelahirannya Purwokerto. Sejak SD sampai dengan SMA, Teguh selalu menjadi bintang di sekolahnya karena selalu berada dalam rangking 1 s/d 3. Namun, Teguh bukan hanya berprestasi di dunia akademis, tapi juga aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler baik di Pramuka, OSIS maupun Badan Perwakilan Murid.
Pada tahun 1981, dia menjadi salah satu siswa SMP yang menjadi perwakilan kabupatennya untuk mengikuti Jambore Nasional Pramuka di Cibubur Jakarta. Selepas lulus SMA pada tahun 1986 di Purwokerto, ia melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi dan diterima di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Di perguruan tinggi, sosok Teguh Setyabudi juga terus moncer bersinar. Dia bukan cuma cerdas di dunia akademis yang bisa dilihat dari Indeks Prestasi (IP) yang diraihnya, tetapi juga aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler. Yakni di Korps Mahasiswa Ilmu Pemerintah (Komap Fisipol UGM) maupun di Senat Mahasiswa Fisipol UGM.
Pada 1987 s/d 1988 dia menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fisipol UGM. Pengalaman dalam dunia akademis maupun dalam kegiatan ekstra kurikuler menjadikan dirinya berpengalaman dalam kegiatan organisasi dan mudah cair dalam berbagai pergaulan.
Lulusan terbaik UGM
Untuk memenuhi tugas akhir sebagai mahasiswa S-1 Fisipol UGM, Teguh menyusun skripsi dengan judul menarik: “Perkembangan Peran dan Fungsi DPRRI Periode 1967 sampai dengan 1987”. Substansi skripsi tersebut bahkan dituangkan dalam bentuk artikel yang kemudian dimuat dalam Harian Kompas tahun 1992. Pada tahun 1991, Teguh Setyabudi lulus meraih gelar S-1 dengan predikat lulusan terbaik Fisipol UGM.
Sebagai lulusan terbaik, banyak membawa berkah bagi Teguh. Pada 1991, dia diterima menjadi karyawan di Badan Diklat Departemen Dalam Negeri melalui program khusus. Saat itu lulusan terbaik Fisipol UGM langsung diterima sebagai karyawan di Badan Diklat Depdagri, namun belum berstatus PNS. Sebagai staf baru di Depdagri, dia tidak perlu lama menyesuaikan diri dengan dunia birokrasi.
Pada Januari 1993, secara resmi Teguh Setyabudi berstatus sebagai PNS atau ASN sekarang. Ia mengawali kariernya sebagai PNS di Badan Pendidikan dan Pelatihan. Begitu jadi PNS, berbagai kegiatan diklat, baik Diklat Teknis, Diklat Kepemimpinan maupun Diklat Fungsional banyak diikuti, dan itu menjadikannya dia semakin matang.
Berbagai seminar, workshop,dan lokakarya juga diikuti. Oleh karena itu, selain melaksanakan tugas di kantor, dia juga sering menjadi instruktur diklat, mengajar berbagai diklat di berbagai daerah.
Pengalaman mengajar di berbagai daerah, menjadikan dirinya juga kenal persis berbagai daerah di Indonesia. Pada tahun 1996, seluruh provinsi di Indonesia yang saat itu masih berjumlah 27 provinsi sudah dikunjungi.
Untuk saat ini 34 provinsi di Indonesia sudah dikunjungi semua tidak terkecuali Provinsi Kalimantan Utara yang sudah dikunjungi beberapa kali. Bahkan, ratusan Kabupaten/Kota di Indonesia juga sudah didatangi, sehingga pengetahuan dan wawasan tentang berbagai daerah di Indonesia juga sudah dikuasai.
Pada tahun 1997, Teguh Setyabudi berhasil studi S-2nya dan memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) dari IKIP Negeri Jakarta yang sekarang lebih dikenal Universitas Negeri Jakarta.
Background pendidikan S-2 di bidang Teknologi Pendidikan tersebut menjadikan Teguh Setyabudi yang bertugas di Badan Diklat Departemen Dalam Negeri memiliki kompetensi yang pas, yakni S-1 di bidang Ilmu Pemerintahan dan S-2 di bidang Teknologi Pendidikan.
Dalam hal pengembangan karier, dari tingkatan staf sampai dengan jabatan eselon III dijalani di Badan Diklat Kementerian Dalam Negeri. Pada tahun 2010 di usia 43 tahun, Teguh dipromosikan ke dalam jabatan eselon II sebagai Kepala Biro Umum Setjen Kemendagri.
Dalam masa tugasnya sebagai Kepala Biro Umum Kemendagri, dengan dukungan pimpinan Kemendagri dia ubah wajah Kantor Pusat Kemendagri yang berada di Jalan Merdeka Utara sampai dengan Jalan Veteran yang tadinya relatif kusam dan relatif semrawut menjadi Kemendagri yang berwajah modern, rapi, bersih, segar dan nyaman sebagaimana yang terihat sampai dengan saat ini.
Setelah 3,5 tahun menjabat sebagai Kepala Biro Umum Kementerian Dalam Negeri, pada akhir tahun 2013, Teguh Setyabudi mendapat mutasi dan menduduki jabatan sebagai Direktur Penataan Daerah dan Otonomi Khusus pada Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri.
Pada saat menduduk jabatan inilah, dia mendapat pengalaman yang betul-betul riil terkait berbagai implementasi kebijakan dan isue isue politik khususnya yang terkait penataan daerah dan otonomi khusus di daerah.
Pada tahun 2015, saat dibuka open recruitment (seleksi terbuka) untuk beberapa Jabatan Tinggi Madya (eselon I) di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, Teguh Setyabudi ikut mendaftar sebagai calon Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM}.
Setelah melalui rangkaian seleksi, dia menduduki 3 besar terbaik. Tak heran pada Februari 2016, dia dilantik sebagai Kepala BPSDM Kemendagri. Teguh dilantik sebagai pejabat eselon I pada saat usia masih relatif muda yaitu menjelang 49 tahun.
Sebagai Kepala BPSDM Kemendagri, Teguh banyak melakukan pembenahan baik internal maupun eksternal.
Dengan dukungan dan arahan dari Menteri Dalam Negeri, di era dia sebagai Kepala BPSDM banyak kebjakan yang telah dikeluarkan. Fokus garapan yang diprioritaskan antara lain adalah bahwa setiap ASN Pemerintahan Dalam Negeri di dalamnya masuk seluruh ASN daerah harus mampu memahami dan menguasai kompetensi pemerintahan.
Selanjutnya pada tahun 2018 mendapat amanah dan kepercayaan untuk mengemban tugas sebagai Penjabat Gubernur Sulawesi Tenggara. Pada tanggal 19 Februari 2018 Teguh Setyabudi dilantik sebagai Penjabat Gubernur Sulawesi Tenggara.
Menjelang pilkada Sultra Tahun 2018 yang dikhawatirkan akan rawan konflik ternyata bisa berlangsung dengan lancar, aman, damai dan sukses.
Demikian juga dengan tugas di bidang pemerintahan dan pembangunan bisa berjalan dengan lancar dan baik. Selama menjadi Penjabat Gubernur Sulawesi Tenggara seluruh kabupaten/kota yang berjumlah 17 daerah bahkan dia kunjungi semua, baik yang harus lewat darat, laut maupun udara.
Pada 5 September 2018 dengan dilantiknya Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara yang definitif, Teguh Setyabudi mengakhiri tugasnya sebagai Penjabat Gubernur di sana.
Pada tahun 2020 Teguh Setyabudi berhasil menyelesaikan studi S-3nya dan memperoleh gelar Doktor Ilmu Pemerintahan di Institut Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dengan predikat cum-laude.
Disertasi yang disusun juga sangat menarik, yakni tentang pilkada langsung yang berjudul “Analisis Dinamika Pemilihan Langsung Gubernur dan Wakil Gubernur – Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Tenggara”.
Isi disertasi tersebut merupakan hasil penelitian dan pengalaman langsung Teguh Setyabudi pada saat menjadi Penjabat Gubernur Sulawesi Tenggara yang berhasil mengawal penyelenggaraan pilkada di Sulawesi Tenggara tahun 2018 dengan sukses.
Pada tahun 2020 pada saat pelaksanaan pilkada serentak di masa pandemi covid-19, Teguh dipercaya kembali untuk memimpin daerah yaitu sebagai Pjs. Gubernur Kalimantan Utara, dan amanah itu pun bisa dilaksanakan dengan baik dan penuh tamggung jawab.
Dalam kehidupan pribadi, Teguh Setyabudi yang menikah dengan Ika Octaviana seorang PNS di Kemendagri pada tanggal 2 Desember 1994, saat ini mereka sudah dikaruniani 2 orang anak, laki-laki dan perempuan.
Anak pertama laki-laki bernama Muhammad Rafiadi Setyapratama, lulusan dari sekolah penerbangan BIFA dan sekarang sudah menjadi Pilot pada maskapai Garuda Indonesia dan bertugas membawa pesawat Boeing 737 seri 800 NG.
Sedangkan anak kedua perempuan bernama Rahma Tyas Ayu Fairuztika lulusan dari Lasalle College of Arts Singapore dengan mengambil program studi Desain Grafis dan saat ini sudah bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta.
Hal lain yang dapat dilihat dari sosok Teguh Setyabudi, yaitu sosoknya yang energik, mobile, easy going, tampil rapi dan ceria serta kelihatan lebih muda dari usianya. Dalam keseharian di lingkungan kantor dia selalu tampil low profile, tidak jaim, tidak protokoler dan senang bergaul dengan berbagai kalangan tanpa membeda bedakan jabatan, umur dan latar belakang lainnya. Oleh karena itu, bergaul dan berkomunikasi dengan Teguh Setyabudi relatif sangat menyenangkan. Dukcapil. (*)
Komentar