www.monitorkeadilan.com — Penceramah Islam yang dikenal sebagai mubalig, Hamzah Khaeriyah, di setiap ceramah dalam rangka tarawih atau pun kesempatan lainnya, selalu menganjurkan untuk mendahulukan mencari berkah atau kualitas keberkahan dari pada kuantitas harta maupun lainnya yang bersifat kesenangan dunia.
Dijelaskannya, kualitas keberkahan dapat mengantar umat pada kebahagiaan. Sebaliknya pencarian terhadap kesenangan duniawi justru tak dapat menjamin pencapaian kebahagiaan.
Kebahagiaan, lanjut Hamzah, perlu diperoleh umat Islam. Hal itu selaras dengan doa yang kerap dipanjatkan Rasulullah SAW.
Doa tersebut berbunyi : Rabbana Atina fi ddun-ya hasanah wafil Akhirat Hasanah Wa qina adzabannar.
Artinya : Wahai Tuhan kami,berikanlah kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan bebaskanlah kami dari api neraka.
“Terdapat penafsir Alquran yang menyatakan bahwa redaksi ayat Alquran ini menggunakan kami dan bukan aku,” kata Hamzah Khaeriyah.
Menurutnya penggunaan kata ganti ‘kami’ menunjukkan pihak yang tidak terdiri dari seorang, tetapi lebih, dan juga mungkin melibatkan mahluk lain.
“Bahkan Sang Pencipta juga,” lanjut Hamzah Khaeriyah.
“Pembahasan ini dalam konteks yang menunjukkan bahwa permohonan yang dimohonkan, dipahami tidak personal individual tetapi boleh jadi kolektif kolegial. Secara rasional, dipahami keberhasilan mencapai objek yang dimohonkan, karena pengaruh interaksi berbagai pihak dalam lingkungan sosial,” papar Hamzah Khaeriyah lagi.
Kemungkinan terdapat relasi di masa lampau antara guru dengan murid, atau orang tua dengan anak, maka pemohon doa menerapkan etika yang menggambarkan adanya relasi hubungan erat dengan guru atau orang tua sehingga menggunakan kata ganti ‘kami’ daripada kata ganti ‘aku’.
“Di masa sekarang mungkin relasinya berlangsung antara suami dengan istri atau dengan masyarakat sekitar,” pungkas Hamzah Khaeriyah. ***
Komentar