Sorong, www.monitorkeadilan.com — Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Pelauw (IPPMAP) terus bergerak maju melakukan pembesaran organisasi. Dan salah satunya dibuktikan dengan dibentuknya DPD di provinsi yang baru saja lahir, yaitu DPD IPPMAP Papua Barat Daya.
Ini melengkapi DPD-DPD lain yang sudah terbentuk sejak lama ; DPD DKI Jakarta, DPD Jateng – DIY, DPD Jawa Timur, DPD Papua, DPD Maluku, DPD Jawa Barat, DPD Maluku Utara, dan DPD Sulawesi Raya, DPC Kota Ambon, DPC Maluku Tengah dan DPC Istimewa Pelauw, dan lain-lain.
Dalam proses pemilihan Ketua DPD IPPMAP Papua Barat Daya (5/3/2023) secara demokratis, terdapat empat calon ketua IPPMAP Papua Barat Daya Periode 2023 – 2026.
Hasilnya, kandidat Fitriani Tuasikal memperoleh 17 suara, Ruli Tualeka mendapat 20 suara, Pattiroho Latupono
memperoleh 50 suara, dan Rosmila Tuasikal, S.H dengan 25 suara. Kemenangan pun mutlak jatuh pada no. urut 3 yaitu Pattiroho Latupono sebagai ketua IPPMAP Papua Barat Daya Periode 2023 – 2026.
Beberapa nama tokoh yang masuk susunan komposisi dan personalia IPPMAP DPD Papua Barat, Iman Latuconsina, SH menjadi Ketua Dewan Penasihat, Mory Azwan Angkotasan, ST sebagai sekretaris, M Capi Latuconsina sebagai Bendahara, dan masih banyak lagi nama yang mengisi beberapa posisi Biro-biro.
Tampak hadir di acara tersebut Pimpinan Umum Media Monitor Keadilan Jakarta, Moh. Ferdinan Pulubuhu dan Ketua Orari (Organisasi Amatir Republik Indonesia) Lokal kota Sorong, Zulkisman beserta wakil sekertaris Orari.
Syarif Tuasikal selaku perwakilan dari Dewan Pengurus Pusat menjelaskan, “IPPMAP berdiri sejak 1957 oleh Bapak Ahmad Salampessy bersama Bapak Mohamad Latuconsina dan dua tokoh lainnya, tapi karena saat itu ada konflik mahasiswa IPPMAP di Jogyakarta, maka pada tahun 1964 dibentuk kembali IPPMAP di kota Ambon. Kami mewakili Ketua DPP IPPMAP berharap dalam Nusama II ini, Ketua DPD IPPMAP Papua Barat Daya terpilih bisa mengayomi seluruh masyarakat Matasiri yang ada di Kota Sorong dan seluruh wilayah Papua Barat Daya. Saran kami, IPPMAP tidak hanya berdiri bersama akar rumput masyarakat Negeri Pelauw, tapi dapat berbaur dengan seluruh suku lain yang ada, agar kehidupan di Papua Barat dan Kota Sorong pada khususnya dapat berjalan dengan damai.”
(MK Iman L)
Komentar