Tim Bulutangkis Indonesia berhasil menundukkan China pada ajang piala Thomas Cup tahun ini. Meski menjadi juara, namun bendera Indonesia tidak boleh berkibar pada ajang bergengsi tersebut.
Tidak berkibarnya bendera Indonesia dalam ajang piala Thomas Cup lantaran Indonesia tengah dalam masa hukuman dari Badan Anti-Doping Dunia atau WADA.
Gagal mengibarkan Bendera Merah Putih, lambang yang dikibarkan saat lagu Indonesia Raya dikumandangkan pun diganti dengan logo Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Menanggapi hal ini, Anggota DPD RI asal Kalimantan Utara, Hasan Basri menyayangkan kejadian tersebut mengingat tim Bulutangkis Indonesia akhirnya berhasil kembali meraih piala Thomas Cup setelah penantian panjang selama 19 tahun. Tetapi hasil kemenangan ini tidak diikuti dengan kepedulian negara atas kejuaraan ini.
“Kemenangan tim Bulutangkis Indonesia dalam ajang piala Thomas Cup terakhir kali diraih pada tahun 2002 silam. Kita bersyukur bisa raih Piala Thomas kembali. Indonesia Raya berkumandang, tapi Merah Putih belum bisa dikibarkan karena semata-mata kelalaian dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bersama Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) yang tidak menjalankan instruksi Badan Anti Doping Dunia (WADA). Ini pertama kalinya pengibaran bendera tidak diperbolehkan di luar negeri,” Tegas HB.
Hasan Basri yang juga merupakan salah satu Dewan Pengawas PP PBSI sekaligus Ketua Umum PBSI Kalimantan Utara menyampaikan hukuman WADA juga membuat Indonesia tak bisa menjadi tuan rumah event olahraga. Perwakilan Indonesia juga tidak bisa duduk sebagai anggota dewan di komite sampai statusnya dipulihkan atau untuk jangka waktu 1 tahun sejak 7 Oktober 2021.
Menurut HB, di SEA Games 2022 Indonesia juga terancam tidak bisa memakai bendera merah putih seperti halnya Rusia di Olimpiade Tokyo 2020. Bendera Indonesia akan diganti bendera NOC (National Olympic Committee) saat SEA Games, Asian Games. Kejuaraan MotoGP dan Piala Dunia 2023 juga terancam gagal digelar di Indonesia.
“Menpora dan LADI harus bertanggung jawab atas kelalaiannya. Kasus ini menampar dan menodai kinerja kita bersama. Menpora, KONI, KOI, LADI harus mencari jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan kasus ini. Atlet itu taunya berlatih, urusan administrasi tugas negara,” kata Hasan Basri usai menyaksikan pertandingan Piala Thomas, Jonatan Christie vs Li Shi Feng.
Senator Asal Kalimantan Utara, Hasan Basri menuturkan bahwa kejadian tidak berkibarnya Bendera Merah Putih atas kemenangan tim Bulutangkis Indonesia dalam ajang piala Thomas Cup tahun ini merupakan pelajaran untuk Kemenpora dan LADI.
“Ini pelajaran berharga untuk Kemenpora, bekerja secara profesional. Bila semua bekerja profesional, akan membangun optimisme rakyat. Kita bekerja untuk rakyat, bukan untuk diri sendiri. Kelalaian mereka telah mengorbankan bukan hanya olahraga Indonesia, tapi juga harga diri bangsa dan negara. Kejadian seperti ini sangat memalukan bangsa dan negara di mata dunia,” Tegas HB
“Buat Indonesia, kejadian ini adalah yang kedua kalinya. Yang pertama November 2016, LADI di banned WADA, hukuman dua bulan. Tidak gampang untuk menjadi juara piala Thomas apalagi tidak ada Price money, dan juga tidak ada bantuan penghargaan dari pemerintah kepada yang juara,” Tambahnya.
Terlepas dari kejadian ini, Hasan Basri mengucapkan rasa bangga dan senang lantaran Indonesia berhasil menjadi juara setelah penantian 19 tahun.
“Piala Thomas akhirnya kembali ke Indonesia setelah penantian 19 tahun lamanya. Selamat kepada seluruh atlet bulutangkis indonesia yang telah memperjuangkan dan mengharumkan nama bangsa.Insyaallah dari kejadian akan mendapat banyak pelajaran dan akan banyak kejuaraan-kejuaraan selanjutnya di bidang olahraga,” ujar HB
“dari kejadian ini, akan kami usulkan dalam RUU SKN yang saat ini masuk prolegnas, untuk mengatur tugas dan kewenangan LADI,” tutup HB. ***
Komentar