Jakarta, monitorkeadilan — Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo mengusulkan agar Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang terlibat kasus penjualan vaksin Covid-19 secara ilegal di wilayah Sumatera Utara, agar dipecat saja.
Menurutnya tindakan tegas akan mendatangkan efek jera sehingga kasus serupa tidak terulang di kemudian hari.
“PNS tersebut harus mendapatkan hukuman yang setimpal jika terbukti bersalah. Mereka saya usulkan dipecat,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (22/05/21) pagi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, jika terbukti bersalah, PNS yang melakukan tindak pidana dapat diberhentikan tidak dengan hormat. Sambil menunggu proses hukum selesai, PNS dimaksud dapat diberhentikan sementara sebagai PNS.
Tjahjo berharap agar penegakan hukum yang tegas bagi ASN yang terbukti melakukan tindak pidana dapat menimbulkan efek jera. “Kita harus tegas penegakan aturan ASN agar hal seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan,” tambahnya.
Menteri PANRB juga menyesalkan adanya oknum ASN yang mencari kesempatan untuk meraup keuntungan pribadi di tengah pandemi. “Vaksinasi COVID-19 adalah program nasional yang harus kita dukung. ASN harus menjadi contoh bukan bersikap sebaliknya,” tegasnya.
Lebih jauh Tjahjo menekankan agar para ASN bertindak dan berperilaku sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Sebagai tindak lanjut dari peristiwa yang merugikan masyarakat ini, Kementerian PANRB akan segera berkirim surat kepada Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) terkait, untuk dilakukan proses pemeriksaan sebagaimana ketentuan yang berlaku dan selama proses hukum berlangsung yang bersangkutan diberhentikan sementara sebagai PNS.
Seperti diketahui, vaksin Covid-19 yang seharusnya diberikan untuk petugas layanan masyarakat dan para narapidana di Rutan Tanjung Gusta Medan, malah diselewengkan oleh tiga oknum PNS dan seorang swasta.
Vaksin Covid-19 disuntikkan kepada masyarakat yang mau membayar sebanyak Rp250 ribu per orang. Polisi memergoki aksi ilegal tersebut di sebuah perumahan di Kota Medan. ***
Komentar