Jakarta, monitorkeadilan — Saat ini curah hujan sebenarnya sudah cukup tinggi. Terbukti sejumlah daerah mengalami bencana akibat intensitas hujan.
Sejumlah daerah dilaporkan mengalami banjir dan longsor akibat curah hujan yang cukup tinggi.
Menurut siaran pers Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Minggu (10/1), Indonesia baru memasuki puncak musim penghujan.
Lembaga itu menyebut puncak musim hujan terjadi pada Januari dan Februari 2021. Karena itu BMKG mengingatkan masyarakat untuk mengantisipasi potensi cuaca ekstrem yang bisa terjadi di masa puncak penghujan.
Disebut pula saat ini 93 persen dari 342 zona musim di Indonesia telah memasuki musim hujan.
Sebagian besar wilayah terutama Jawa, Bali, Sulawesi Selatan hingga Nusa Tenggara saat ini telah memasuki puncak musim hujan yang diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2021.
Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan, untuk 7 hari ke depan potensi cuaca ekstrem perlu diwaspadai terutama di sejumlah wilayah seperti Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung.
Di pulau Jawa, daerah yang perlu mewaspadai potensi cuaca ekstrem adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur.
Sedangkan di wilayah Kalimantan, cuaca ekstrem berpotensi terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur.
Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat, dan Papua juga berpotensi mengalami kondisi serupa.
Lanjut Guswanto, cuaca ekstrem dapat menimbulkan banjir, banjir bandang, tanah longsor.
Juga berpotensi menyebabkan hujan lebat disertai kilat atau petir disertai gelombang laut tinggi yang membahayakan pelayaran dan penerbangan.
Berdasarkan analisis terintegrasi dari data BMKG, PUPR dan BIG, daerah yang diprediksi berpotensi banjir adalah:
Aceh Barat Daya, Tapanuli-Sumut, Indragiri-Riau, Pesisir Selatan dan Solok-Sumbar, Bungo dan Kerinci-Jambi
Bangka-Belitung, Lampung Barat, Banten bagian selatan, Jawa Barat bagian barat dan timur, Jawa Tengah bagian timur wilayah pesisir utara serta bagian tengah dan barat, Jawa Timur bagian barat dan wilayah Tapal Kuda
Kalimantan Barat bagian utara, Kalimantan Selatan bagian selatan, Sulawesi Tengah bagian tengah, Sulawesi Barat bagian tengah, Sulawesi Selatan bagian utara dan selatan
Sulawesi Tenggara bagian utara, Papua Barat wilayah sekitar Teluk Bintuni, dan Papua bagian barat dan tengah
Selain itu, masyarakat dan pengelola pelayaran diminta untuk terus memonitor informasi BMKG, guna mewaspadai peringatan dini gelombang tinggi khususnya pada 10-13 Januari 2021.
Tinggi gelombang 2,5 – 4,0 meter (rough sea) berpeluang terjadi di sejumlah perairan berikut:
– Perairan utara Pulau Sabang, perairan barat Kepulauan Simeulue hingga Kepulauan Mentawai
– Perairan Pulau Enggano, perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Jawa
– Samudra Hindia barat Sumatra hingga selatan NTB, perairan timur Kepulauan Bintan-Kepulauan Lingga
– Perairan Kepulauan Talaud, perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, serta Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua
Gelombang dengan ketinggian 4,0 – 6,0 meter (very rough sea) berpeluang terjadi di perairan Kepulauan Anambas – Kepulauan Natuna, Laut Natuna, dan perairan utara Singkawang.
Sedangkan tinggi gelombang lebih dari 6,0 meter (extrem sea) berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara.
Pembentukan awan-awan Cumulonimbus (CB) yang dapat membahayakan penerbangan, terutama di Wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Laut Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Samudra Hindia Selatan Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Papua.
Komentar