oleh

India Batal Beli Setengah Juta Alat Tes COVID-19 China, Ada Apa ?

banner 468x60

Jakarta, monitorkeadilan.com — Pemerintah India membatalkan pesanan sekitar setengah juta alat uji cepat virus corona (COVID-19) dari China setelah ditemukan alat yang rusak. India juga menarik perlengkapan uji cepat virus yang sudah digunakan di beberapa wilayah.

Alat uji cepat COVID-19 ini disinyalir dapat mendeteksi antibodi dalam darah orang yang mungkin terinfeksi virus tersebut dengan waktu sekitar 30 menit untuk melihat hasilnya. Tentu tes tersebut dapat membantu pihak berwenang untuk cepat memahami skala infeksi di wilayah tertentu.

banner 336x280

Namun, menurut banyak ilmuwan, alat tes cepat tersebut tidak dapat menguji virus corona dalam tubuh atau digunakan untuk mendiagnosis COVID-19 pada pasien. Kit tes tersebut juga juga gagal dalam pemeriksaan kualitas oleh Dewan Penelitian Medis India (ICMR).

Sebelumnya, berbagai wilayah di India mendorong ICMR untuk mengizinkan pengujian dengan kit uji cepat COVID-19. ICMR yang awalnya enggan, akhirnya membuka jalan dengan mengimpor kit dari dua perusahaan China.
Sayangnya, setelah diimpor, baru terlihat jika kit uji cepat COVID-19 hanya memiliki tingkat akurasi sekitar 5%. India bahkan menggunakan kit uji coba tersebut kepada pasien yang sudah positif, namun hasil tes malah menunjukkan hasil “negatif”.

Masalah semakin rumit setelah pengadilan tinggi Delhi membatasi harga tes, dan menyarankan bahwa pemerintah telah membayar lebih pada Senin (27/4/2020) kemarin.

Namun para pejabat mengatakan kepada media lokal bahwa pemerintah “tidak akan kehilangan satu rupee pun” dari membatalkan pesanan kit tersebut, sebab mereka belum membayarkan sejumlah uang muka, dan sudah membatalkan seluruh pengiriman.

Sementara itu, pihak China telah menolak klaim India atas tes kit yang rusak.

“Kualitas produk medis yang diekspor dari China diprioritaskan. Tidak adil dan tidak bertanggung jawab bagi individu-individu tertentu untuk menyebut produk-produk China sebagai ‘salah’ dan melihat masalah dengan prasangka yang belum terjadi,” ujar juru bicara kedutaan besar China Ji Rong, dikutip dari BBC, Selasa (28/4/2020).

India sendiri kini memiliki 29.451 kasus positif virus corona, dengan 939 kasus kematian, dan 7.137 kasus berhasil sembuh, menurut data dari Worldometers.

(MK/Int)

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan