Gorontalo, monitorkeadilan.com — Dua intelektual sekaligus pebisnis muda bekerjasama dengan Lembaga Pendidikan Pelatihan (LPP) Sweet Media membuat terobosan untuk merangkul lebih luas generasi muda milenial dan generasi Z di Gorontalo.
Jumat (31/1) di hotel Dumhil, jadi tonggak fase baru pemberdayaan masyarakat Gorontalo untuk kalangan muda milenial.
Fakta semakin banyak profesi, pekerjaan, bahkan bisnis yang dulu menjadi “primadona” dibanggakan banyak orang dan kini musnah atau hampir punah, sedang di sisi lain muncul begitu banyak startup dari kaum muda milenial yang mengusung model bisnis serta profesi sangat unik serta revolusioner.
Realitas tersebut menuntut gerakan pemberdayaan masyarakat dengan konsep yang berbeda, tidak lagi konvensional, dan tidak lagi cukup menggunakan konsep klasik pelatihan manual. Transisi konsep gerakan pemberdayaan pada generasi milenial ini membutuhkan momentum yang tepat. Gerakan pemberdayaan yang dipimpin oleh Idah Syahidah ini menjadikan awal 2020 sebagai awal pembaharuan di Gorontalo.
Exclusive Sharing Hukum dan Ekonomi
Acara yang dipandu oleh host muda Tia Badaru, SH itu dimulai dengan acara live music. Acara semakin semarak dengan banyaknya anak-anak muda milenial hadir ke Hotel Dumhil. Dalam pengamatan kami, hampir 100 anak muda hadir dan mengikuti acara dengan antusias hingga selesai. Sebelumnya kami mendapat informasi, acara ini dibuat eksklusif hanya untuk 50 peserta saja, tapi yang hadir membludak.
Menghadirkan keynote speaker wanita inspiratif Gorontalo, Idah Syahidah, serta dua nara sumber muda Alham Habibie dan Titi Buo.
Alham dan Titi berbicara dalam kapasitas sebagai perwakilan generasi muda milenial yang di usia masih sangat belia sudah terjun dalam dunia bisnis. Mereka membagikan pengalaman dan berbagai gagasan-gagasan kekinian yang sangat menarik.
Alham sangat concern dalam isu-isu ketersediaan lapangan pekerjaan bagi generasi muda. Berbagai bisnis yang ia buka pun tidak lepas dari panggilan hatinya untuk aktif dalam memberikan solusi penyediaan lapangan pekerjaan, terutama dari keluarga kurang mampu. Pernyataan Alham menjawab berbagai pertanyaan, mengapa seorang intelektual muda yang secara ekonomi sudah mapan masih mau membuka usaha baru ber-wiraswasta, motivasinya jelas tidak melulu soal uang.
Titi Buo secara terpisah mengungkapkan komitmennya untuk ikut secara aktif terjun langsung bersama LPP Sweet Media ke dusun-dusun, desa-desa, dan semua daerah di Gorontalo, untuk terlibat dalam pelatihan dan pembinaan bisnis kuliner pada anak-anak muda milenial.
Nara sumber utama, Idah Syahidah bercerita bagaimana ia mendirikan lembaga Ummu Syahidah yang berfokus memberdayakan anak-anak bermasalah dengan hukum. Selama ini sudah banyak lembaga yang membantu korban, tapi di Gorontalo belum ada yang concern membina para pelaku kriminalitas, padahal mereka rata-rata di bawah umur yang layak juga untuk diselamatkan masa depannya.
Senator Senayan ini juga menyinggung suka duka dan menceritakan secara singkat perjalanan pemberdayaan masyarakat Gorontalo yang sudah dilakukan ke seluruh kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo.
Acara semakin meriah dengan kehadiran mantri Oro, Amed Gorapu dan teman-teman musisi yang sangat humoris. Acara yang disiarkan langsung oleh Radio RH sukses menarik hati kaum muda milenial, “… tapi ini baru sebuah awal !”, tegas Direktur LPP Sweet Media, Van Sweet, ketika dimintai keterangan tentang acara Exclusive Sharing.
“Peningkatan populasi generasi muda yang semakin banyak, dan semakin besarnya jumlah angkatan kerja produktif dari usia muda milenial, menjadi alasan kuat prioritas pemberdayaan yang dilakukan secara masif oleh Idah Syahidah dan tim LPP Sweet Media menggarap segmen anak-anak muda milenial. Ke depan, anak-anak muda dapat menjadi penggerak utama pengelolaan dan pengembangan badan usaha milik desa (Bumdes).” lanjut Van Sweet.
(MK/Pendidikan)
Komentar