oleh

Suku Korowai di Papua Barat masih Makan Sagu hingga Ulat

banner 468x60

Jakarta, monitorkeadilan.com — Indonesia memiliki berbagai suku, dari yang sudah maju hingga yang masih sangat terasing.

Suku Korowai, merupakan salah satu suku paling terasing di dunia. Suku yang berasal dari Papua Barat ini, masih mempertahankan hidup dengan cara alami.

banner 336x280

Pada tahun 1974, sekelompok para peneliti pertama kali mengabadikan, kontak atau pertemuan Suku Korowai pertama di dunia. Berbeda dengan suku lainnya, suku yang satu ini masih ada hingga sekarang, dan hanya berjumlah sekitar 3000 orang saja.

Dilansir dari Daily Mail UK (24/12), seorang reporter asal Australia sempat mengklaim bahwa Suku Korowai memiliki pola makan yang menyeramkan, karena mempraktikkan kanibalisme. Namun hingga sekarang, belum ada bukti yang jelas tentang permasalahan ini.

Hingga saat ini orang-orang Korowai masih tinggal di dalam hutan, dan mendirikan rumah di atas pohon. Sering disebut sebagai ‘orang pohon’, kini Suku Korowai lebih terbuka terhadap kehidupan di luar suku mereka, namun tetap mempertahankan tradisi dan adat istiadat yang berlaku.

Selain memiliki sejarah yang menarik, pola makan Suku Korowai juga tak kalah menarik untuk dibahas. Berbeda dengan orang modern yang menyantap aneka hidangan kekinian. Suku Korowai masih bergantung dengan alam.

Pada salah video yang diunggah kanal YouTube ‘More Best Ever Food Review Show’, memperlihatkan bagaimana orang-orang di sana, bertahan hidup dengan menyantap sagu, hasil tangkapan ikan dari sungai, hingga menyantap ulat yang ada di pepohonan.

Suku Korowai sendiri memiliki makanan pokok berupa sagu, yang terbuat dari pohon sagu. Sagu ini merupakan pengganti nasi di sana, di mana bubur atau bagian dalam dari pohon sagu, dimasak dengan suhu tinggi.

Berbeda dengan papeda yang sama-sama terbuat dari sagu. Suku Korowai menyantap sagu mereka dengan balutan daun pisang, dan biasanya diletakkan lauk pauk, seperti ikan lele hasil tangkapan di sungai. Atau terkadang menyantap ulat, yang ada di dalam pohon sagu.

Selain dimakan saat masih mentah, ulat sagu juga dimakan dengan cara dipanggang hingga teksturnya renyah, dan garing.

“Kontak pertama kali Suku Korowai dengan dunia luar, yaitu pada tahun 1974. Di mana suku ini, benar-benar tidak tahu, bahwa ada orang lain selain suku mereka, di dunia ini,” tutur pembawa acara BBC, Will Millard.

Selain akses makanan yang terbatas. Suku Korowai juga tidak mengetahui pengobatan medis modern. Karena biasanya mereka akan mengobati berbagai penyakit dengan rempah, dan ramuan herbal yang mereka temukan di hutan, sehingga tingkat kematiannya cukup tinggi.

Hingga saat ini, Suku Korowai tetap eksis dan menjalani kehidupan mereka dengan tradisi yang mereka anut sejak dulu. Bahkan kini, Suku Korowai menjadi salah satu destinasi favorit bagi para petualang dan wisatawan dari luar negeri, yang ingin mempelajari kehidupan mereka.

(MK/Hiburan)

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan