Raja Ampat, monitorkeadilan.com — Raja Ampat memang memiliki demografi mayoritas beragama Nasrani, namun ada yang menarik, ternyata di sana terdapat sebuah perkampungan muslim.
Berkunjung ke Raja Ampat, jangan lupa lihat kearifan masyarakatnya. Salah satu yang menarik adalah Kampung Lopintol yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Ditempuh dengan perjalanan laut sekitar 2 jam via speedboat dari Dermaga Waisai, Kampung Lopintol cukup unik karena dihuni oleh masyarakat yang beragama Islam. Padahal, umumnya mayoritas masyarakat Raja Ampat adalah umat Nasrani.
Ada tari-tarian lokal seperti Salawaku, suling tambor dan lainnya. Sekilas, kampung ini tak beda dengan mayoritas kampung di Raja Ampat.
Hanya ketika melihat masyarakatnya terutama kaum wanita, tak sedikit yang memakai hijab. Wajahnya adat yang seperti orang Papua, ada juga yang seperti orang Jawa.
Menurut salah satu warga lokal yang bernama Halim (22), ada sekitar 54 KK di Kampung Lopintol. Warganya pun bukan murni penduduk setempat, tapi banyak juga yang datang dari luar Raja Ampat dan menetap di situ.
“Banyak orang Bugis, Jawa juga ada. Mayoritas Islam,” ujar Halim.
Fakta itu pun senada dengan pekerjaan utama masyarakat Kampung Lopintol yang adalah nelayan. Hanya dari segi kuliner, tak jauh beda dengan milik masyarakat Papua. Mereka pun juga memakan papeda hingga ikan kuah kuning yang jadi khas Papua.
“Ini ulat sagu bakar, ada papeda juga.” ujar salah satu mama dalam balutan hijab.
Identitas kampung Muslim pun semakin jelas dengan hadirnya masjid yang berlokasi tak jauh dari dermaga kampung. Yang paling terkenal adalah Masjid Nur Salim yang baru saja diresmikan oleh Bupati Raja Ampat bulan Maret 2019 lalu.
Itulah sedikit cerita tentang Kampung Lopintol di Distrik Teluk Mayalibit, Raja Ampat, Papua Barat.
(MK/Hiburan)
Komentar