oleh

Zikran dan Idar Pelopor Sekolah Tani Modern di Bone Bolango

banner 468x60

Bone Bolango, monitorkeadilan.com — Dua pemuda desa yang memutuskan menjadi agen perubahan (agent of change) di bidang pertanian di Gorontalo. Nama mereka Zikran Mbuti A.md, TP (usia 26 tahun, asal Desa Helumo, Kabupaten Gorontalo) dan Idarmanto A. Ahmad (usia 23 tahun, asal Desa Saritani, Kabupaten Boalemo).

Zikran dan Idar biasa mereka dipanggil, meninggalkan kampung halaman mereka masing-masing agar tidak menjadi beban keluarga sebagaimana kebanyakan anak-anak muda di kampung mereka. Berbekal keyakinan, keterampilan dari kampus, dan doa orang tua, Zikran mengadu nasib ke Kabupaten lain.

banner 336x280

Berbagai upaya ia lakukan untuk dapat bertahan hidup dan menemukan peluang sukses. Tidak ada jalan pulang dalam kamus hidupnya sebelum berhasil membuktikan bahwa dirinya dapat menjadi “jalan rezeki” bagi orang lain.

Zikran mulai melakukan berbagai usaha untuk menciptakan produk olahan, dari herbal hingga pangan.

Setelah Zikran bertemu dengan Idar (adik kelas di kampus), mereka pun “bergerilya” menawarkan program pengolahan pangan dari desa ke desa. Berbagai penolakan mereka terima, dari yang halus hingga yang terang-terangan. Padahal program yang mereka tawarkan gratis, non profit.

Hingga akhirnya pada tahun 2016, Zikran dan Idar bertemu dengan seseorang yang menyanggupi untuk menjadi investor dalam membuka usaha dengan produk berupa teh daun sirsak. Setelah mendapat bantuan modal, mereka pun bekerja semakin keras untuk mengembangkan usaha.

Keseriusan mereka mengembangkan usaha juga dibuktikan dengan keikutsertaan mereka di sebuah Expo (pameran) di Malaysia, di mana mereka memasarkan produk-produk mereka ke pasar manca negara.

Namun setelah usaha tersebut berjalan dan mulai menunjukkan profit yang lumayan, ternyata usaha tersebut diambil alih oleh pemodalnya dan mereka pun “disingkirkan” dari usaha yang mereka sendiri bangun.

Pengkhianatan itu tidak membuat Zikran dan Idar untuk meratapi diri, apalagi mengasihani diri sendiri dan menjadikan rasa sakit sebagai alasan untuk berhenti dan menyerah.

Pengalaman pahit tersebut justru menjadi “bahan bakar” untuk bangkit kembali dengan menawarkan program pengolahan pangan dan herbal kepada Kepala Desa Panggulo, Achmad Laiya. Sang kepala desa pun tertarik dan mendukung program tersebut dengan membuatkan rumah produksi.

Kemudian produk-produknya dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).

Di Desa Panggulo, kebetulan ada lahan bekas kebun PKK yang sudah tidak difungsikan lagi, maka Zikran dan Idar mengambil inisiatif untuk memberdayakan lahan mati tersebut agar kembali bisa produktif.

Mereka memanfaatkan apa saja benda dan alat yang tersedia di sekitar mereka untuk menanami lahan “mati” tesebut. Ketika mereka menemukan terpal yang sudah berlubang, meraka pun menambalnya dan menggunakannya sebagai media tanam.

Pertemuan dengan Tim Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (LPP) Sweet Media yang mengubah segalanya

Kepala Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan Provinsi Gorontalo, Zakiya Moh. Baserewan, ST, Msi awalnya membaca informasi dari sosial media, ada sebuah kebun PKK yang sudah mati, namun kemudian dikelola dengan sangat baik oleh dua anak muda.

Zakiya melihat jika keduanya diberikan dukungan yang cukup, maka mereka akan sangat bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat di sekitar mereka, terkhusus menggerakkan potensi anak-anak muda di sekitar mereka.

Zakiya pun berkomunikasi dengan Tim LPP Sweet Media, sebuah lembaga yang concern dalam pemberdayaan masyarakat di Gorontalo.

Dalam pembicaraan tersebut, Ketua Pembina LPP Sweet Media, Idah Syahidah memerintahkan Tim Sweet Media untuk turun langsung men-support Zikran dan Idar di Desa Panggulo dengan membuka Sekolah Tani Modern SWEET FARM.

SWEET FARM lebih dari sebuah sekolah pertanian. SWEET FARM adalah institusi pendidikan dengan konsep jaringan (network) yang mengajarkan berbagai macam keterampilan (skill) pertanian modern, pembudidayaan perikanan dan peternakan modern, pengolahan bahan pangan modern, pembuatan produk pangan, packaging, branding, marketing, hingga penjualannya.

SWEET FARM pun bergerak cepat, mendatangi sekolah-sekolah SMA yang ada di Kabupaten Bone Bolango, dan tidak diduga-duga respon positif dari guru-guru sangat luar biasa. Mengingat banyak anak-anak SMA setelah mereka lulus banyak yang menganggur, bahkan harapan dari guru-guru agar alumni mereka yang menganggur bisa ikut dibina di SWEET FARM.

SWEET FARM telah beroperasi sejak akhir Oktober 2019 dan sudah diresmikan oleh Idah Syahidah. Hadir pula Kepala Dinas Pangan Provinsi Gorontalo, Sutrisno, APi, Msi. Jumlah siswa per gelombang sebanyak 40 orang.

Keberadaan SWEET FARM diharapkan bisa menjadi solusi minimnya lowongan pekerjaan di Gorontalo dan membantu mengurangi tingkat pengangguran. Siswa-siswa SWEET FARM tidak hanya diajarkan keterampilan teknis, tapi juga diajarkan mindset bisnis dan pengelolaan usaha, tentu usaha di bidang pertanian dan pengolahan pangan.

Peserta yang belajar di SWEET FARM diperkaya ilmunya dengan adanya dosen Nur dari Politeknik UNG. Juga ada sesi khusus belajar langsung pada peneliti sekaligus dosen Mikro Biologi Pangan di Arab Saudi bernama Arya Widyawan melalui online class.

Output dari para siswa SWEET FARM setelah lulus adalah mereka mampu membuka lapangan pekerjaan, minimal untuk diri mereka sendiri. Mereka pun akan terus dibimbing agar dapat memanfaatkan berbagai jaringan LPP Sweet  Media yang tersebar di berbagai daerah hingga luar negeri.

Anak-anak muda yang telah memiliki usaha sendiri akan dibimbing agar dapat melakukan scale up bisnis sehingga mereka dapat naik level dari usaha Mikro menjadi Usaha Kecil, naik lagi menjadi Usaha Menengah dan seterusnya.

“Di titik inilah, kita akan melihat, anak-anak desa yang dulu terpaksa harus menjadi petani hanya karena orang tua mereka juga petani, kini akan menjadi pengusaha pertanian. Saat itu anak-anak desa akan dengan bangga menjadi pelaku pertanian karena mereka tahu caranya kaya melalui pertanian. Saat itu pemuda desa akan produktif mengelola lahan mereka, alih-alih mengharapkan menjadi Pegawai Negeri Sipil ke pemerintah.” Ujar Idah Syahidah

Kemandirian dan kemapanan ekonomi para pemuda desa memang masih menjadi mimpi sekarang, tapi rasanya mimpi itu akan segera terwujud karena jalan menuju mimpi itu sudah dibangun, dan “kendaraan” menuju impian itu pun sudah ada, kendaraan itu bernama SWEET FARM.

(MK/Edu)

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan