Jakarta, monitorkeadilan.com — Toyota sebagai market leader pabrikan otomatif dunia menunjukkan bahwa “kebesaran” bisnis mereka dimulai dari usaha mereka puluhan tahun yang lalu untuk terus berkolaborasi dengan pabrikan-pabrikan otomatif global lainnya.
Raksasa otomotif asal Jepang Toyota Motor Corp meningkatkan kepemilikan sahamnya di Subaru Corp menjadi 20 persen dari sebelumnya 17 persen. Kedua perusahaan akan meningkatkan kerja sama dalam mengembangkan teknologi baru dalam produk kendaraan.
Investasi tersebut dilakukan sebulan setelah Toyota dan Suzuki Motor Corp saling berbalas membeli satu sama lain. Saling mengikat kepentingan ini cuma sebagian dari banyak kolaborasi Toyota yang melibatkan perusahaan otomotif global lain.
Saling kerja sama antara produsen otomotif di global dipercaya bisa meningkatkan keuntungan, dalam hal ini menyediakan produk dengan biaya rendah dan cepat diserap pasar. Kondisi ini untuk menghadapi ketatnya persaingan industri otomotif di masa depan.
Selain dua nama produsen tersebut, perusahaan dengan ciri khas logo tiga elips itu tercatat ‘terikat’ dengan sejumlah pemanufaktur lain sejak 52 tahun silam, mengutip Reuters, Jumat (27/9).
Perjalanan panjang Toyota berkolaborasi dengan perusahaan lain sejak 1966 menarik untuk disimak. Rata-rata berkolaborasi dengan perusahaan ternama yang kualitas produknya diacungi jempol. Berikut daftarnya.
1966
Pembuat truk Hino Motors memulai bermitra dengan Toyota, setelah Toyota membeli 20,1 persen saham Hino
1967
Daihatsu Motor Co memulai kerja sama dengan grup Toyota, dan berkomitmen memasok komponen untuk pembuatan mobil compact.
Agustus 1998
Toyota meningkatkan kepemilikan saham di Daihatsu menjadi 51 persen dari 34,5 persen, dan Daihatsu menjadi anak perusahaan Toyota.
Maret 2000
Toyota dengan percaya diri mendongkrak kepemilikan saham di Hino menjadi 33,8 persen
Maret 2000
Toyota membeli 5 persen saham Yamaha Motor Co, sementara Yamaha Corp dan Yamaha Motor juga memiliki saham di Toyota. Kedua perusahaan berbeda pasar ini telah mengembangkan mobil sport Toyota 2000GT, yang diluncurkan pada tahun 1967.
April 2001
Toyota kembali meningkatkan kepemilikan saham di Hino menjadi 50,1 persen, dan menjadikannya anak perusahaan.
Oktober 2005
Toyota mengambil 8,7 persen saham Fuji Heavy Industries (FHI), yang saat ini dikenal sebagai Subaru, setelah General Motors (GM) menjual saham FHI dan kedua produsen membubarkan aliansi strategis mereka.
April 2008
Toyota meningkatkan sahamnya di FHI menjadi 16,5 persen. Kedua perusahaan juga memutuskan untuk mengembangkan mobil sport penggerak roda belakang, yang kemudian dikenal sebagai Toyota 86 dan Subaru BRX.
Juni 2010
Toyota mengakuisisi sekitar 3 persen saham perusahaan mobil asal Amerika Serikat Tesla. Kedua perusahaan mengembangkan mobil listrik yang diinginkan konsumen di masa depan.
2014-2016
Toyota menjual sahamnya di Tesla. Kedua perusahaan mengakhiri kolaborasi mereka dan menandakan ‘perang’ mobil listrik antara kedua perusahaan.
Januari 2016
Daihatsu menjadi anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Toyota. Sebelumnya Toyota punya 51 persen saham Daihatsu.
Oktober 2016
Suzuki Motor Corp dan Toyota mengumumkan bahwa mereka saling dukung dalam mengembangkan teknologi baru pada kendaraan. Kedua perusahaan komitmen memproduksi mobil bertenaga listrik dan mobil compact untuk satu sama lain.
Agustus 2017
Toyota mengambil 5 persen saham Mazda Motor Corp untuk memperlancar pengembangan kendaraan listrik dan membangun pabrik perakitan di Amerika Serikat. Sementara itu Mazda membalas dengan mengambil 0,25 persen saham Toyota.
Agustus 2019
Toyota mengumumkan mengambil 4,94 persen saham Suzuki, dan Suzuki membalasnya dengan membeli 0,2 persen saham Toyota.
September 2019
Toyota membeli saham 20 persen Subaru dari sebelumnya 17 persen.
(MK/Oto)
Komentar