Jayapura, monitorkeadilan.com — Aparat keamanan telah berusaha menjaga keamanan dan ketertiban, namun keadaan menjadi tidak terkendali dan memakan korban jiwa di pihak TNI dan mahasiswa.
Aksi mahasiswa di Jayapura, Papua berujung bentrok dengan aparat, hari ini, Senin (23/9), mengakibatkan satu prajurit TNI dan tiga mahasiswa tewas, serta 20 mahasiswa lainnya luka-luka.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo memastikan tiga mahasiswa yang tewas itu merupakan mahasiswa yang kuliah di luar Papua yang sedang pulang kampung.
Dedi menjelaskan kejadian ini berawal dari sekitar 200 mahasiswa eksodus yang menduduki Universitas Cendarawasih (Uncen) untuk membuat posko penampungan. Namun polisi mengklaim hal itu ditolak pihak rektorat dan mahasiswa Uncen.
Pihak rektorat pun memanggil aparat kepolisian untuk membubarkan kerumunan mahasiswa eksodus tersebut.
Dedi mengatakan aparat mengambil tindakan sesuai dengan Perkap 1 tahun 2009 dan Perkap 7 tahun 2009 melakukan tindakan untuk melumpuhkan para mahasiswa yang sangat anarkis.”Pihak rektorat menolak keberadaan mahasiswa tersebut karena mengganggu proses belajar mengajar. Rektorat langsung hubungi Kapolda Papua, Kapolda Papua langsung kirim pasukan untuk negosiasi,” ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (23/9).
Usai bernegosiasi, kata Dedi, mahasiswa eksodus tersebut sepakat untuk meninggalkan Uncen dan kembali ke Taman Budaya Ekspo Waena, Jayapura. Mereka pun menuju Ekspo Waena dengan menggunakan kendaraan TNI-Polri.
Selama di perjalanan situasi berlangsung cukup kondusif. Namun pada pukul 12.00-13.00 WIT, mahasiswa menurut Dedi secara membabi buta justru menyerang aparat TNI-Polri yang mengantar mereka.
“Secara mendadak mahasiswa tersebut menyerang membabi buta, mengakibatkan satu rekan kita dari TNI gugur, mengalami luka pada punggung
“Akibat dari tindakan tersebut ada tiga yang diduga mahasiswa eksodus tersebut meninggal dunia, kemudian 20 luka-luka,” tuturnya.
Dugaan sementara, kata Dedi, ketiga orang tersebut meninggal karena peluru karet. Namun untuk memastikan pihaknya bakal melakukan autopsi.
“Jadi dugaan karena peluru karet. Tim DVI harus mengecek yang bersangkutan dulu, identitasnya, pembanding antemortem dan postmortem, didalami DVI RS Bhayangkara Jayapura,” ucapnya.
Selain di Jayapura, kerusuhan juga pecah di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Di Wamena, jumlah korban tewas lebih banyak yakni 17 orang.
Komandan Kodim (Dandim) 1702/Jayawijaya Letkol Inf Chandra Diyanto menyebut 17 orang warga sipil yang meninggal akibat demonstrasi berujung kerusuhan di Wamena, Papua, Senin (23/9).
Chandra mengatakan warga sipil yang meninggal tersebut akibat luka benda tajam selain menjadi korban kebakaran. Selain 17 orang meninggal, tercatat 65 warga mengalami luka-luka. Saat ini mereka dirawat di RSUD Wamena
(MK/Nasional)
Komentar