oleh

Polda Papua Barat Dekati Tokoh Masyarakat dan Kumpulkan Informasi Intelijen

banner 468x60

Papua Barat, monitorkeadilan.com — Berbagai tindakan diambil untuk dapat mengembalikan keamanan di Papua Barat dan Papua.

Kepolisian Daerah Papua Barat mengambil sejumlah langkah untuk mencegah kerusuhan di Papua merembet sampai ke Papua Barat. Selain pengamanan, pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat juga terus dilakukan.

banner 336x280

Kepala Bidang Humas Polda Papua Barat Ajun Komisaris Besar Mathias Yosia Krey menyatakan, hingga Jumat (30/8/2019) pagi, kondisi di Papua Barat masih aman. Pada Jumat ini, tidak ada rencana aksi di seluruh wilayah Papua Barat. Namun, aparat tetap siaga. Berkaca pada beberapa peristiwa sebelumnya, kerusuhan  bisa jadi tidak diawali dari unjuk rasa.

Pada Kamis (29/8) malam, Kepala Polda Papua Barat Brigadir Jenderal (Pol) Hery Nahak memimpin rapat khusus membahas antisipasi potensi merembet kerusuhan dari Papua ke Papua Barat. Kerusuhan terjadi di Jayapura. Sejumlah gedung dirusak dan dibakar massa. Jaringan telekomunikasi di sana pun putus total.

Sebelumnya, di Deiyai terjadi aksi unjuk rasa berujung kerusuhan yang menewaskan dua warga sipil dan seorang anggota TNI Angkatan Darat. Rangkaian aksi itu masih terkait persekusi terhadap mahasiswa asal tanah Papua di Jawa Timur pertengahan Agustus lalu.

Mobil Water Canon kepolisian berusaha memadamkan api yang membakar bangunan saat berlangsungnya aksi unjuk rasa di Jayapura, Papua, Kamis (29/8/2019).

Mathias mengatakan, potensi gangguan keamanan tetap tinggi. Sejumlah obyek vital, seperti depot pengisian minyak, rumah sakit, bandar udara, dan kantor pemerintahan, sudah dijaga aparat Polri. Patroli keliling kota tetap dilakukan. Kota-kota yang menjadi perhatian utama adalah Sorong, Manokwari, dan Fakfak. Di tiga kota itu sempat terjadi kerusuhan pekan lalu.

Selain pengamanan, tim intelijen juga terus mengumpulkan informasi di masyarakat. Para tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat didekati untuk ikut mencegah gerakan yang berpotensi merusak kedamaian. Di wilayah Papua, suara tokoh agama masih sangat didengar.

”Kami terus melakukan pendekatan. Kami berharap, para tokoh dapat mengarahkan pengikutnya,” katanya.

Mathias pun menegaskan, polisi tetap akan menegakan hukum jika terjadi hal-hal yang mengandung unsur pidana. Pada kerusuhan Manokwari 19 Agustus lalu, polisi telah menetapkan tiga orang tersangka, dua orang dalam kasus pencurian uang di mesin anjungan tunai mandiri dan seorang lainnya dalam kasus pembakaran bendera Merah Putih.

Masyarakat resah

Rangkaian aksi di Papua Barat pada pekan lalu dan Papua dalam tiga hari terakhir menimbulkan keresahan masyarakat. ”Kalau sudah tuntut mereka, pasti kacau. Saya rasa tidak tenang lagi,” kata Sumardi, penjual makanan di Bintuni, ibu kota Kabupaten Teluk Bintuni. Sumardi berasal dari Jawa Timur.

Wilayah di tepi barat Pulau Papua itu banyak didiami warga dari berbagai suku seperti Timor, Flores, Jawa, Toraja, Bugis, Makassar, dan Maluku. ”Kami sudah puluhan tahun di sini. Kami datang dan tinggal di sini menjadi orang Papua. Kami bukan datang hanya untuk cari uang. Kami cintai tanah ini,” kata Roy Belang, warga Bintuni dari suku Flores.

(MK/Nasional)

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan