Pekanbaru, monitorkeadilan.com — Tim gabungan Satgas penanggulangan kebakaran hutan dan lahan Provinsi Riau kesulitan memadamkan api di lahan gambut di Kabupaten Siak. Hal ini akibat sumber air mengering.
Kepala Manggala Agni Daops Siak, Ihsan Abdillah mengatakan upaya pemadaman dari darat sulit memperoleh sumber air. Petugas sudah melakukan penyekatan api dan mencoba membuat embung sebagai sumber air, namun air sangat minim didapatkan.
“Sumber air tidak ada dan sebagian dibuat embung tetapi airnya tidak banyak sehingga menyulitkan petugas, ditambah lagi yang terbakar ini gambut dalam,” kata Ihsan, Sabtu (27/7).
Ia mengatakan lokasi kebakaran di Desa Sri Gemilang Kecamatan Koto Gasib, Siak, berada di gambut dengan kedalaman lebih dari dua meter. Tiupan angin yang berubah-ubah juga menyulitkan petugas dalam proses pemadaman.
Kehadiran helikopter yang menjatuhkan bom air dari udara cukup membantu proses pemadaman tim darat. “Saat ini tim masih melanjutkan pemadaman hari ke-7, tim gabungan darat dan udara berusaha keras untuk melakukan penyekatan agar kebakaran tidak meluas,” katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Siak, Syafrijal mengatakan Karhutla yang melanda daerah itu dalam sepekan terakhir ini sudah mencapai luas sekitar 30 hektare. Cuaca juga kering dan tidak ada hujan api terus menyebar di dalam permukaan lahan gambut.
Tim gabungan di darat terus melakukan pemadaman yang terdiri dari unsur BPBD, Manggala Agni, TNI/Polri dan Masyarakat Peduli Api (MPA). Menurut dia, secara keseluruhan lebih kurang sudah 30 hektare yang terbakar, dan sebagian besar lokasi masuk konsesi perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Petugas Manggala Agni di lapangan, Ezwin Eko Sutarma mengatakan lahan yang terbakar adalah tanah gambut yang cukup dalam. Kedalamannya itu mencapai tiga sampai empat meter sehingga harus benar-benar dipadamkan sampai bawah tanah.
“Untuk melakukan pemadaman lanjutnya kendala utama yakni air. Pasalnya embung yang sangat kecil sehingga satu kali sedot sudah habis. Akibatnya petugas harus bekerja pindah-pindah mencari sumber air kira-kira sehari tiga kali,” ujarnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan jumlah titik panas yang jadi indikasi awal kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau melonjak jadi 53 titik, pada Sabtu sore. “Jumlahnya bertambah dibandingkan pagi tadi ada 35 titik,” kata Staf Analisis BMKG Statsiun Pekanbaru, Bibin kepada Antara di Pekanbaru, Sabtu.
Hasil pencitraan satelit Terra Aqua pada pukul 16.00 WIB menunjukkan ada 53 titik panas (hotspot) yang tersebar di Riau. Paling banyak berada di Pelalawan, yakni 27 titik. Kemudian ada juga di Bengkalis sebanyak tujuh titik, Siak enam titik, Inhil lima titik, Inhu dua titik, dan masing-masing satu titik di Kepulauan Meranti, Rohil, Kampar, Kuansing, dan Rohul.
Menurut Bibin, dari jumlah tersebut ada 25 titik yang tingkat keakuratan (level of confidence) di atas 70 persen. Kemungkinan besar itu merupakan titik api Karhutla.
(MK/Nasional)
Komentar