MONITORKEADILAN.COM, JAKARTA — Para seniman dan budayawan Sunda layak bergembira. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil akan membangun empat pusat kebudayaan tahun ini.
Pembangunan pusat kebudayaan dimulai dari wilayah Priangan, yakni Sumedang, Garut, Ciamis, dan Subang. Biaya sebesar Rp 5 miliar dipersiapkan untuk membangun masing-masing pusat kebudayaan.
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, menegaskan bahwa pembangunan pusat-pusat kebudayaan merefleksikan kepedulian Pemerintah Provinsi Jawa Barat terhadap pelestarian budaya Sunda.
Dalam desain besar, nantinya berbagai khasanah seni dan budaya Sunda hingga taman untuk mengenang para seniman dan budayawan hadir di tiap kabupaten/kota se Jabar.
“Jadi nanti wayang golek, pencak silat, kecapi suling, jaipongan, dan sebagainya, nanti di sana ada pojok Cepot, ada Taman Asep Sunandar Sunarya, ada Taman Kang Ibing, dan sebagainya, bisa dihadirkan di pusat-pusat budaya sesuai makomnya,” urai Kang Emil di Gedung Sate, Kota Bandung, dalam rilis Humas Jabar yang dikutip Sabtu (9/3/19).
Penganggaran pembangunan pusat-pusat budaya, lanjut Emil, tidak menutup kemungkinan kerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi.
Terpisah, budayawan Tisna Sanjaya mendukung didirikannya gedung atau pusat kebudayaan di kabupaten/kota di Jawa Barat. Menurutnya pusat kebudayaan sangat penting dan jelas dinantikan kehadirannya oleh masyarakat saat ini. Hadirnya pusat kebudayaan ini diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan, pelestarian, riset, hingga pendidikan budaya sekaligus. Artinya fungsi pusat kebudayaan yang hendak dibangun Pemda Provinsi Jawa Barat, kata Tisna, harus total dan menyeluruh.
Apalagi, lanjut Tisna, di setiap kota/kabupaten di Jawa Barat memiliki khasanah dan kekhasan budaya masing-masing. Maka pusat kebudayaan ini bisa hadir sebagai ‘treatment’ khusus dari pemerintah. Bagi Tisna, kabar dibangunnya pusat kebudayaan di setiap kabupaten/kota menjadi ‘angin segar’ bagi para pelestari budaya khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.
“Saya senang, kalau Pemprov Jabar berencana membangun pusat kebudayaan. Kalau bisa juga melibatkan para ahli dan budayawan itu sendiri, sehingga pusat kebudayaan nantinya juga bisa menjadi pusat riset, sekaligus pusat pendidikan terkait budaya,” ujar Tisna.
Lebih lanjut, Tisna menambahkan bahwa Jawa Barat memiliki kekayaan budaya dan cara hidup dalam kehidupannya sehari-hari. Cara hidup ini tercermin dalam perilaku maupun ekspresi. Kearifan lokal inilah yang direkam dan menjadi inspirasi dalam menkreasikan budaya Jawa Barat.
“Jadi, hal- hal seperti itulah yang harus juga diperhatikan, dikumpulkan data-data semacam itu untuk menjadi sumber data, sumber sejarah, sumber riset, bagi bangunan budaya yang hendak didirikan, sehingga gedung budaya bisa menjadi rekam jejak kemajuan peradaban Jawa Barat dan gedung budaya menjadi pusat segalanya,” tandasnya.
Komentar