MONITORKEADILAN.COM, JAKARTA — Hoax bukan hanya mengguncang Indonesia. Kabar bohong juga menggelora di negara lain, termasuk Malaysia.
Dalam pertemuan dengan para habaib dan kiai se-Jabodetabek di Istana Negara, Jakarta, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengutarakan, selain hoax fitnah dan ghibah juga beredar kencang di tengah masyarakat.
Dalam kesempatan itu Jokowi mengatakan, Perdana Menteri Malaysia pernah menjadi sasaran hoax di negaranya. Demikian pula Sultan Brunei, serta seorang Perdana Menteri di Eropa.
Beberapa pemimpin di Timur Tengah juga mengeluhkan penyebaran hoax melalui media sosial yang sulit dikendalikan.
“Ini juga terjadi di negara-negara lain karena adanya keterbukaan media sosial. Kalau dulu koran bisa diedit dan dikoreksi oleh redaktur, sekarang semua individu dapat membuat opini dan koran sendiri-sendiri,” papar Jokowi.
Menurut Jokowi tindakan paling bijak terhadap keterbukaan media sosial justru bukan dengan melarang. Alasannya, larangan hanya akan membuat masalah lebih besar lagi. “Kalau dalam istilah medsos, malah lebih viral lagi,” katanya.
Pada saat yang sama perlu dilakukan upaya membentengi masyarakat dengan penanaman karakter keislaman yang baik. Demikian juga dengan karakter ke-Indonesiaan yang sangat memperhatikan tata krama.
Presiden juga mengemukakan, jika masyarakat Indonesia telah mencapai kematangan berpolitik dan beragama dipastikan tidak akan mudah dipengaruhi oleh hoax bahkan fitnah dan ghibah.
“Problemnya kita memang dalam tahapan proses menuju kedewasaan dan kematangan dalam berpolitik, sehingga seringkali berita-berita fitnah sangat mengguncangkan masyarakat dan mempengaruhi kenyamanan masyarakat,” paparnya.
Sementara itu ulama, lanjut Jokowi, hingga saat ini masih menjadi panutan bagi para santri dan pengikut. Dia yakin Indonesia tetap sejuk karena wejangan para ulama masih menjadi pegangan bagi masyarakat.
Dalam acara tersebut, Presiden Jokowi turut didampingi Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
Komentar