MONITORKEADILAN.COM, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, mengeritik pemimpin dalam lingkup demokrasi adalah soal biasa. Berbeda dengan caci-maki. Hal itu menurut Jokowi tidak selaras dengan tradisi dan budaya bangsa Indonesia.
“Artinya ada yang memang harus kita luruskan. Masa mengatakan kepada presidennya, maaf, plonga-plongo,” tutur Jokowi saat menghadiri peluncuran buku Jokowi Menuju Cahaya karya Alberthiene Endah, di Ballrom Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Kamis (13/12) sore.
Tidak ada pemimpin yang akan dapat memuaskan semua pihak. Dalam lingkup demokrasi, mengeritik pemimpin adalah soal biasa. Sebagai tokoh yang pernah menjadi walikota, gubernur, dan kini presiden, Jokowi sangat terbiasa dengan kritik bahkan kecaman.
“Tidak mungkin 100 persen kebijakan dapat membahagiakan semua orang,” lanjut Jokowi.
Orang nomor satu di Indonesia itu mengingatkan, dirinya kerap mengajak untuk melakukan perubahan pola pikir. Jokowi juga rajin mengajak melakukan hijrah dari berpola konsumtif ke pola produktif, dari negative thinking ke positive thinking.
“Tapi mengusahakan seperti itu, membangun sumber daya manusia yang selalu berpikir ke depan dan selalu positive thinking juga bukan hal yang mudah, karena negara ini adalah negara besar,” kata Jokowi.
Peluncuran buku Jokowi Menuju Cahaya dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menko Polhukam Wiranto, Mendikbud Muhadjir Effendy, Mensos Agus Gumiwang Kartasasmita, Menag Lukman Hakim Saifuddin, Menlu Retno Marsudi, dan Jaksa Agung Prasetyo. (kn)
Komentar