MONITORKEADILAN.COM, JAKARTA — Sebelum Presiden Joko Widodo menyatakan pemerintah tidak takut dengan aksi teror yang diduga dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua, Kamis (6/12/18), Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian menilai, akar masalah utama dari aksi kekerasan bersenjata oleh kelompok-bersenjata di Papua adalah pembangunan tidak merata yang menyebabkan kesenjangan kesejahteraan.
“Kita melihat dulu, kelompok-kelompok bersenjata itu lebih banyak dulu awalnya di Papua Barat, di daerah Manokwari. Tapi dengan pembangunan yang sudah sangat bagus saat ini tidak ada lagi di daerah-daerah itu,” kata Kapolri dalam keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (5/12/18) siang.
Diakui Kapolri, memang pembangunan agak terlambat karena kondisi geografis yang sulit di Papua. Kapolri menyebut daerah Pegunungan Tengah dan Pegunungan Tengah bagian barat. Mulai dari Puncak Jaya, Kabupaten Lanny Jaya, kemudian Nduga, Yahukimo berada di daerah Pegunungan Tengah. Pegunungan Tengah bagian barat meliputi daerah Paniai, Daiyai, Intan Jaya, Dogiyai, ditambah dengan daerah di sekitar Timika.
Namun demikian, menurut Kapolri, Presiden Joko Widodo sudah memiliki tekad yang sangat kuat untuk membangun pegunungan tengah ini, salah satunya dengan cara membuka akses jalan Trans Papua, yang dari jaman dulu sulit diwujudkan.
“Beliau bertekad untuk itu. Beliau memerintahkan kepada Menteri PUPR untuk bekerja sama dengan semua stakeholder lain, termasuk TNI, Zeni membangun trans Papua itu,” ujar Tito.
Kapolri meyakini, kerja keras yang dilakukan oleh pemerintah dalam membangun Papua disyukuri oleh masyarakat setempat. Hal ini diketahui Tito karena dirinya pernah jadi Kapolda di Papua selama 2 (dua) tahun.
Yakin Bisa Kendalikan
Akan halnya Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang melakukan aksi pembunuhan terhadap para pekerja proyek jembatan pada jalan Trans Papua di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan hal itu berhubungan erat dengan eksistensi mereka setiap 1 Desember.
Pada setiap 1 Desember biasanya mereka menunjukkan eksistensi dengan beberapa cara, sejak pengibaran bendera sampai penyerangan oleh kelompok bersenjata.
Biasanya, lanjut Kapolri, sasaran serangan KKB adalah aparat. Jika sasaran utama itu sulit dicapai KKB mencari sasaran yang lemah seperti masyarakat pendatang.
Tito Karnavian juga menuturkan, saat ini pemerintah telah mengirim tim gabungan TNI/Polri dipimpin langsung oleh Kapolda dan Pangdam. Tito menilai kekuatan gabungan itu jauh lebih besar ketimbang personil dan kemampuan KKB. Kapolri menyebut, kekuatan KKB tidak besar karena hanya terdiri dari 30 hingga 50 personil dengan 20 pucuk senjata.
“Sangat yakin kita sebentar lagi akan bisa kita kendalikan. Persoalannya adalah medan yang berat, hutan dan lain-lain yang luas. Sehingga mereka mungkin akan lari dari satu tempat ke tempat lainnya,” ungkap Kapolri.
Menurut Kapolri, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Menteri PUPR untuk meningkatkan pengamanan, sehingga pembangunan sesuai dari perintah Presiden dapat terus berjalan.
“Kita akan jalankan terus, kita akan amankan. Dan kami melakukan koordinasi yang lebih intens kepada jajaran Kementerian PUPR,” tegas Kapolri. (kn)
Komentar