MONITORKEADILAN.COM, JAKARTA — Rencana reuni akbar 212 di Monas, Jakarta Pusat, Minggu (2/12/18), dipandang tidak penting karena merupakan kedok kepentingan politik belaka.
Pernyataan dilontar pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan, Veri Muhlis Arifuzzaman, Selasa (20/11/18). Menurut dia rencana aksi 212 kental beraroma politik lantaran ditunggangi salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
“Saya rasa tidak ada yang penting dan urgen untuk dilakukan, dan agenda ini hanya bungkusan untuk ajang kampanye salah satu pasangan calon presiden,” tutur Veri, dikutip dari portal resmi Polda Metro Jaya.
Menurutnya tidak ada agenda keagamaan yang jelas dalam rencana aksi yang melibatkan umat Islam itu. Berbeda dengan aksi 212 tahun 2016 yang disebut terarah untuk mempersoalkan penistaan agama oleh Ahok. Masalahnya, kasus itu selesai begitu Ahok dipenjara.
“Jadi untuk apa lagi reuni 212, kalaupun mau berpolitik ya berpolitik saja, mengapa kalau mau kampanye dibuat seperti itu,” lanjut Veri.
Saat itu, aksi 212 dilakukan untuk mengawal fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang ditandatangani KH Ma’ruf Amin. Karenanya menurut Veri, jika reuni 212 mendatang hendak mengusung kepentingan politik maka seharusnya memberikan dukungan ke KH Ma’ruf Amin.
“Saat aksi 212 (yang lalu), orang yang berjasa adalah KH Ma’ruf Amin, beliau yang tanda tangan fatwa bahwa Ahok menista, dan beliau juga yang bersaksi di pengadilan,” sambung Veri.
Dia menyayangkan pihak yang menunggangi aksi mulia 212, sehingga kegiatan itu menjadi bungkus bagi kepentingan kampanye salah satu pasangan calon presiden.
“Kalau mau kampanye ya kampanye saja, jangan bungkus reuni 212 dengan tujuan kampanye,” tegasnya. “Saya kira masyarakat sudah cerdas dan tidak terpengaruh oleh politik ngakalin aksi umat seperti itu, masyarakat juga tahu kok apa tujuan sebenarnya dari kegiatan dengan melihat sekelilingnya, mulai dari baju yang dipakai, yel-yel yang diteriakkan,” pungkasnya. (kn)
Komentar