MONITORKEADILAN.COM, JAKARTA — Pengacara Manado, Deswer Zugira, menyebut Ratna Sarumpaet sebagai ikon aktivis Indonesia yang memprihatinkan. ‘Drama’ kebohongan yang dilakukan Ratna, lanjut Deswer, menyakiti hati masyarakat Indonesia terutama kalangan aktivis.
“Sebenarnya Ratna Sarumpaet (SR) salah satu ikon dunia aktivis di tanah air, namun kebohongan yang dia lakukan sangat memprihatinkan karena menyakiti hati masyarakat Indonesia terutama para aktivis,” tutur pengacara yang juga aktivis antikorupsi itu, Sabtu (6/10/2018).
Keprihatinan juga dilahirkan sikap para pemimpin dan tokoh nasional sekaliber Prabowo Subianto, Amien Rais, dan Fadli Zon. Menurut Deswer, pemimpin dan para tokoh nasional itu tidak cukup arif menanggapi pengakuan sepihak RS tentang isu penganiayaan. Selain menyebut asas praduga tak bersalah tidak dipergunakan, Deswer juga mengatakan seharusnya sebelum memproduksi komentar ke publik, para tokoh melakukan pengecekan silang.
“Saya kira peristiwa RS ini juga menggambarkan kita mengalami krisis kepemimpinan dan krisis ketokohan. Kalau orang seperti Prabowo Subianto, Amien Rais, dan Fadli Zon secara serampangan memproduksi komentar yang saya nilai dapat membangkitkan kemarahan masyarakat dengan hanya mengandalkan informasi sepihak maka dapat dibayangkan pemimpin dan para tokoh kita tidak cukup bijak menyikapi persoalan, saya kira ini krisis yang mengundang keprihatinan kita semua,” tambah Deswer via telepon genggam.
Sebelumnya dikabarkan tokoh aktivis Indonesia Ratna Sarumpaet (RS) mengaku dianiaya tiga orang tak dikenal di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Marat, pada Jumat (21/9/2018). Namun tidak lama kemudian melalui konferensi pers RS mengatakan cerita itu merupakan kebohongan alias hoaks yang dibuatnya.
Cerita RS kemudian menyebabkan Prabowo Subianto, Amien Rais, juga Fadli Zon memproduksi kecaman. Penganiayaan sebagaimana dituturkan RS disebut pelanggaran hak asasi manusia.
“Orang seperti RS itu, masalah orang saja dia urus, apa lagi masalah sendiri, tapi ternyata kan dia tidak melapor ke polisi karena telah mengalami penganiayaan seperti pengakuan awalnya, seharusnya tokoh-tokoh itu mencurigai pola yang tidak biasanya ini sebelum mengumbar komentar ke publik,” lanjut Deswer.
Senada diungkap mantan aktivis yang kini pengacara muda, Agus Flores. Menurutnya, saat menanggapi informasi dari SR yang kemudian ternyata hanya hoaks, para pemimpin dan tokoh nasional Indonesia kalah bijak dibandingkan para jurnalis.
“Jurnalis bekerja berhati-hati, berdisiplin melakukan pengecekan silang, tidak mengandalkan informasi hanya dari satu pihak, sementara saya melihat komentar tokoh-tokoh besar sekaliber Prabowo dan Amien Rais dibuat tanpa pengecekan silang yang cukup,” papar Agus yang pernah bekerja sebagai jurnalis.
Sebagai mantan pemimpin Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Gorontalo, Agus juga menyayangkan perbuatan RS. Seperti halnya Deswer, Agus juga mengatakan RS telah menyakiti para aktivis di tanah air. “Ini patut disayangkan, semula RS adalah salah satu tokoh panutan bagi para aktivis tapi ternyata membuat kegaduhan yang tidak lucu,” katanya.
Agus mencurigai ada tokoh rahasia di balik masalah kebohongan RS, dengan agenda yang masih belum diketahui. Sebab menurutnya, alasan RS melakukan kebohongan sulit diterima.
Berbeda dengan Deswer. Menurutnya RS merupakan salah satu tokoh aktivis pemberani. Sosok seperti itu, katanya, biasanya tak kenal kompromi. “Saya tidak yakin ada yang mengendalikan RS pada masalah ini,” tutur Deswer.
Masalah terbesar pada kebohongan RS, kata Agus Flores, adalah nalar dan kebijakan emosional para tokoh nasional Indonesia. “Ini jauh lebih memprihatinkan, kalau pemimpin dan tokoh nasional kita tidak bijak mengendalikan emosi maka bangsa ini bakal gaduh tak ada hentinya,” katanya.
Pemimpin, lanjut Agus, biasanya merupakan panutan. Maka jika pemimpin tidak memiliki kecakapan mengelola emosi, hal serupa berpotensi ditiru pengikut. “Seperti apa negara ini kalau pemimpinnya seperti itu?” ungkapnya.
Menghuni Rutan
Ratna Sarumpaet, seniman dan aktivis terkenal, saat ini menghuni Rutan Polda Metro Jaya. Pendiri Sarumpaet Crisis Centre itu ditahan selama 20 hari ke depan.
Sebelumnya penulis sekaligus sutradara pertunjukan berjudul Marsinah Menggugat oleh Teater Satu Merah Panggung itu, ditangkap polisi di Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (4/10/2018), saat hendak terbang ke Chile.
Ratna ditetapkan menjadi tersangka kasus penyebaran kabar bohong. Sebelumnya Ratna mengatakan telah mengalami penganiayaan oleh tiga orang tak dikenal di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, pada Jumat (21/10/2018). Namun tidak lama kemudian, Ratna dalam konferensi pers mengaku berbohong. Bengkak pada wajahnya bukan karena dianiaya namun akibat baru saja menjalani operasi wajah di kawasan Menteng, Jakarta. (kn)
Komentar