MONITORKEADILAN.COM, JAKARTA — Gunung Soputan di Sulawesi Utara berulah sejak 1991. Di tahun itu terjadi pertumbuhan kubah lava hingga meluber dan kerap menimbulkan guguran lava. Material panas meluncur sekitar 2 hingga 6,5 Kilometer dari puncak ke Barat, Timur, dan Utara.
Guguran lava tidak menyentuh pemukiman penduduk yang berjarak 12 Kilometer dari puncak gunung.
Dalam rilis Tim Komunikasi Kementerian ESDM, Kamis (4/10/2018), diterangkan bahwa, di musim hujan kubah lava yang panas menimbulkan uap saat terkena air hujan. Pertemuan air hujan dan lava juga menyebabkan letusan sekunder, yakni letusan freatik alias letupan uap yang memicu guguran kubah lava dan awan panas.
Camping ground yang berada di lereng timur gunung, sekitar 3 hingga 4 Kilometer dari puncak, berpotensi terlanda hujan abu lebat dan dapat terkena lontaran batu pijar.
Sementara endapan material di lereng sebelah Barat hingga Tenggara, saat terjadi hujan lebat berpotensi terjadi aliran lahar yang menyasar Sungai Ranowangko, Sungai Lawian, Sungai Popang, Londola Kelewahu, dan Londola Katayan.
Potensi bahaya lain, guguran lava di sekitar tubuh gunung, terutama bagian Utara. “Tetapi yang hams diwaspadai ialah jika terjadi guguran kubah lava yang diikuti awan panas guguran ke arah Silian, karena bukaan kawahnya menuju ke daerah tersebut,” tutur Tim ESDM.
Erupsi Gunung Soputan juga berpotensi mengganggu penerbangan, berupa abu vulkanik. (kn)
Komentar