MONITORKEADILAN.COM, JAKARTA — Di tengah hiruk-pikuk menjelang tahun politik 2019, Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) pun tak lupa memperhatikan mahasiswa atau alumni IPB yang bergerak di kesunyian, yakni yang concern pada pengembangan ilmu pengetahuan.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) HA IPB Fathan Kamil mengatakan ilmu pengetahuan akan membawa suatu bangsa mencapai peradaban terbaik. Karenanya, DPP HA IPB menyiapkan program mencetak ilmuwan.
“Proporsi ilmuwan terhadap total penduduk Indonesia masih sangat kecil. Padahal ilmu pengetahuan adalah kunci peradaban. DPP HA IPB siap meluncurkan program mencetak ilmuwan. Insyaallah Indonesia akan menuju peradaban terbaik,” kata Fathan kepada media di Jakarta (13/9/2018).
Diketahui berdasarkan data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2017, jumlah peneliti di Indonesia hanya 9.685 orang. Angka ini jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia, maka tergolong sangat kecil, yakni 90 peneliti per satu juta penduduk. Mestinya untuk disebut negara maju, Indonesia memiliki minimal 1.000 peneliti per satu juta penduduk.
Kontribusi DPP HA IPB pada pengembangan ilmu pengetahuan ini, lanjut Fathan, akan berupa pemberian beasiswa pascasarjana bagi mahasiswa atau alumni IPB yang berpotensi menjadi ilmuwan. Selain itu, DPP HA IPB akan membiayai penelitian berikut memberikan bimbingan terutama pada penelitian yang dibutuhkan masyarakat.
“Melalui Yayasan Alumni Peduli IPB yang kita miliki, program mencetak ilmuwan akan terealisasi. Dan topik penelitian yang menjadi prioritas untuk dibiayai adalah yang menyentuh masyarakat banyak, seperti penyediaan pangan lokal dan industrialisasi pedesaan,” imbuh Fathan yang pengusaha sukses itu.
Salah seorang mahasiswi IPB yang berpotensi menjadi ilmuwan itu adalah Ica Candra Rambadiana. Ia adalah mahasiswi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB angkatan 2014. Baru-baru ini dengan membanggakan, ia bersama timnya meraih juara kedua di ajang kompetisi riset internasional “Developing Solutions For Developing Countries” yang diselenggarakan Institute of Food Technologists (IFT), di Chicago, Amerika Serikat (15-18 Juli 2018).
“Alhamdulillah, kerja dalam kesunyian di laboratorium selama hampir 4 bulan membuahkan hasil, bisa juara di Amerika. Tentunya juga berkat bantuan para alumni (IPB), sampai kami dimudahkan berangkat ke sana. Terima kasih kakak-kakak (alumni IPB) yang telah memperhatikan kami,” kata Diana sapaan akrabnya saat ditemui media.
Kini ia pun meneruskan penelitian tentang pangan lokal untuk menyelesaikan jenjang Strata Satunya. Di bawah bimbingan Dr. Tjahja Muhandri, STP MT, ilmuwan IPB pencetus Mi Jagung menggunakan eksruder pemasak pencetak, Diana membuat mi berbahan baku singkong 100%.
“Jika untuk kompetisi di Amerika, riset kami tentang pangan lokal Kenya, maka untuk skripsi ini, kami persembahkan untuk masyarakat Indonesia, yaitu Mi Singkong. Dengan teknologi yang dicetuskan oleh Bapak Tjahja (eksruder pemasak pencetak), proses membuat Mi Singkong pun menjadi lebih cepat, mudah, dan kualitas mi yang dihasilkan lebih baik. Mi berbahan baku singkong 100 persen dengan teknologinya ini bisa diaplikasikan oleh UKM (Usaha Kecil dan Menengah),” jelas Diana.
Diana kemudian berharap alumni IPB terus memperhatikan dunia pengembangan ilmu pengetahuan.
“Dengan semangat ‘Satu Hati Satu IPB’, kami sangat berharap program DPP HA IPB mencetak ilmuwan segera terwujud. Biar ilmuwan banyak, Indonesia maju,” kata Diana.
Komentar