MONITORKEADILANN.COM, JAKARTA — Menyusul India, Bangladesh menyatakan ingin belajar penyelenggaraan haji dari Indonesia. Tim misi haji kedua negara menemui Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi daerah kerja Madinah, kemarin. Tim Bangladesh datang pada Kamis (6/9/2018) Waktu Arab Saudi, tim India sehari sebelumnya.
Tim Media Center Haji (MCH) Madinah melaporkan, kedua negara tertarik bertukar informasi dan mengapresiasi penyelenggaraan haji Indonesia. Meski jumlah jemaah asal Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, namun ibadah haji dapat diatur dengan tertib.
ABN Amin Ullah Nuri, wakil misi haji Bangladesh terus-terang mengatakan ingin tahu cara Indonesia menangani jemaah haji yang berjumlah sangat besar namun tertib dan lancar, sejak pendaftaran hingga pelaksanaan di Arab Saudi.
Kepala PPIH daerah kerja Madinah, Mohammad Khanif, mengatakan bahwa sistem penyelenggaraan haji Bangladesh berbeda dengan Indonesia. Di negara itu jumlah haji khusus yang dikelola swasta lebih banyak ketimbang jemaah reguler yang dikelola pemerintah.
Di Bangladesh jumlah haji khusus dapat mencapai 100 ribu lebih, sementara haji reguler hanya 7 ribu jemaah. Hal ini bertolak-belakang dengan Indonesia. Di tanah air jumlah jemaah reguler lebih banyak ketimbang haji khusus.
Selain itu biaya jemaah reguler di Bangladesh lebih mahal, yakni sekitar Rp 60 juta. Biaya haji khusus justru di bawah angka itu. “Mengapa tarif haji pemerintah Bangladesh lebih mahal dari swasta, karena pemerintahnya menggunakan hotel di Markaziah, sementara swasta lebih murah karena hotel di luar Markaziah,” tutur Khanif.
Di India penyelenggaraan haji tergolong unik, karena menggunakan sistem undian. Berbeda dengan Indonesia, sistem pemberangkatan secara berurutan sesuai nomor antrean.
Pihak India pun mengaku tertarik dengan sistem itu dan tahun depan akan mencoba menggunakan cara yang sama dengan Indonesia. (kn)
Komentar